PERKARA YANG DIBOLEHKAN KETIKA BERPUASA
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Saudara dan saudariku perindu Ramadhon yang dikasihi Allah
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan puja dan pujian kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmatNya yang diberi kepada kita semua terutama Nikmat Iman dan Islam dan juga masih memberi kita nikmat umur sehingga kita masih berkesempatan mengabdikan diri kepada-Nya semogalah dengan nikmat umur ini dapat menyampaikan kita sekali lagi di bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh Rahmat dan pengampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Saudara dan saudariku sebelum kita memasuki bulan suci Ramadhan saya ingin ingatkan diriku terlebih dahulu dan juga saudaraku sekalian marilah kita semua meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan melakukan berbagai macam ibadah ibadah untuk mendekatkan kepada Allah.
Saudara saudariku sebagaiman post lepas kita ada kongsikan tentang PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA maka pada kesempatan ini saya ingin kongsikan pula mengenai PERKARA PERKARA YANG DIBOLEHKAN KETIKA BERPUASA antara lain seperti berikut :
1. Berkeadaan Junub walaupun sudah masuk waktu Fajar
Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui waktu fajar dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi setelah fajar dan tetap berpuasa ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui waktu fajar dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1926)
2. Bersiwak Ketika Berpuasa
Bersiwak adalah sesuatu yang dianjurkan secara syar’i sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu”(HR. Bukhari no. 27)
Dari hadits di atas terlihat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengkhususkan perintah bersiwak untuk orang yang berpuasa tanpa yang lainnya. Seandainya bersiwak adalah pembatal puasa, tentu saja hal ini akan dijelaskan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beritanya sampai kepada kita.
Catatan: Adapun menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang -tentunya memiliki rasa (menyegarkan) dan beraroma-, maka sebaiknya tidak dilakukan ketika berpuasa karena siwak tentu saja berbeda dengan pasta gigi yang beraroma. (Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin, 17/261-262)
3. Berkumur-kumur dan Memasukkan Air dalam Hidung
Ketika berpuasa diperbolehkan berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung, namun tidak sampai berlebih-lebihan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sempurnakanlah wudhu dan basuhlah celah-celah jari. Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung) kecuali jika engkau berpuasa.” (HR. Abu Daud ,Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah hadits shohih )
4. Mencium Istri Ketika Puasa Bagi Orang Yang Mampu Menahan Syahwatnya
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mencium dan mencumbu istrinya sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berpuasa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan demikian karena beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya.” (HR. Bukhari no. 1927 dan Muslim no. 1106).
Mubasyaroh adalah saling bersentuhnya kulit (bagian luar) antara suami istri selain jima’ (bersetubuh), seperti mencium. (Shohih Fiqih Sunnah, 2/111)
Catatan: Melakukan semacam ini tidak membatalkan puasa kecuali jika keluar air mani ketika bercumbu. (Syarh An Nawawi, 4/85)
Tapi bagi saya walaupun perkara ini dibolehkan tapi kalau boleh kita hindari sebab takut manusia seperti kita ini tidak boleh menahan nafsu syahwat seperti Rasulullah dapat menahannya dan akhirnya kita melanggar dan terpaksa mendapat kafarah
5. Bekam dan Donor Darah Jika Tidak Membuat Lemas
Abu Sa’id Al Khudri berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan (rukhsoh) bagi orang yang berpuasa untuk mencium istrinya dan berbekam.” (HR. Ad Daruquthni, An Nasa’i dalam Al Kubro, dan Ibnu Khuzaimah)
Ibnu Hazm mengatakan,
“Yang namanya rukhsoh (keringanan) pasti ada setelah adanya ‘azimah (pelarangan) sebelumnya. Hadits ini menunjukkan bahwa hadits yang menyatakan batalnya puasa dengan berbekam (baik orang yang melakukan bekam atau orang yang dibekam)
Akan tetapi juga bekam yang dimakruhkan bagi orang yang boleh menjadikan lemas ( lemah tubuh badan) karena berbekam. Dan boleh jadi diharamkan jika hal itu menjadi sebab batalnya puasa orang yang dibekam. Hukum ini berlaku juga untuk donor (derma) darah.
6. Mencicipi Makanan Selama Tidak Masuk Dalam Kerongkongan
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tidak mengapa seseorang yang sedang berpuasa mencicipi cuka atau sesuatu, selama tidak masuk sampai ke kerongkongan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf no. 9277. Syaikh Al Albani dalam Irwa’ no. 937 mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Mencicipi makanan terlarang bagi orang yang tidak memiliki hajat, akan tetapi hal ini tidak membatalkan puasanya. Adapun untuk orang yang memiliki hajat, maka hukumnya seperti berkumur-kumur.” (Majmu’ Fatawa, 25/266-267)
Yang termasuk dalam mencicipi adalah mengunyah makanan untuk suatu kebutuhan. ‘Abdur Rozaq membawakan beberapa riwayat di antaranya dari Yunus dari Al Hasan, “Aku melihat beliau mengunyah makanan untuk anak kecil –sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa-. Beliau mengunyah kemudian beliau mengeluarkan hasil kunyahannya tersebut dari mulutnya, lalu diberikan pada mulut anak kecil tersebut.”
7. Bercelak dan Tetes Mata
Bercelak dan tetes mata tidaklah membatalkan puasa. Bukhari juga berkata dalam kitab shohihnya tanpa menyebutkan sanad, “Anas, Al Hasan, dan Ibrahim tidaklah menilai bermasalah untuk bercelak ketika puasa.”
8. Mandi dan Menyiramkan Air di Kepala untuk Membuat Segar
Abu Bakr berkata, “Sungguh, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Al ‘Aroj mengguyur kepalanya -karena keadaan yang sangat haus atau sangat terik- dengan air sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.” (HR. Abu Daud no. 2365)
Abu Ath Thoyib mengatakan, “Hadits ini merupakan dalil bolehnya orang yang berpuasa untuk menyegarkan badan dari cuaca yang cukup terik dengan mengguyur air pada sebagian atau seluruh badannya. Inilah pendapat mayoritas ulama dan mereka tidak membedakan antara mandi wajib, sunnah atau mubah.”
salam....
ReplyDeletetq for sharing this info..really love it..
mohon utk copy dan simpan k...