Wednesday 28 September 2011

USTAZ AGYM GYMNASTIAR

Yan Gymnastiar (lahir di BandungJawa Barat30 Februari 1962; umur 49 tahun) atau lebih dikenali sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung [1]. Aa Gym menjadi popular karana mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya mesra dan berhemah menyebarkan pesan-pesan dakwah Islami yang sangat praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Mama menonton rancangan dia di Astro Oasis suatu ketika dahulu, iaitu Bicarawara..satu program mendidik hati atau merawat hati..dah lama dah rancangan itu.  Best sesangat...selalu rancangannya diulang ulang...tetapi takda program yang baru.  Frust juga laa..tapi lepas mama dapat kapal pergi ke alam maya ni..cewahh..klik jer nama Agym Gymnastiar...macam macam ada....touching..touching...

sentiasa tersenyum semasa dia menyampaikan dakwahnya..

Mama copy and paste jerr..saja nak kongsi ngan korang ..nak taip panjang sangat.  Korang baca dan fahamkan sendiri sebab artikel ni dalam bahasa Indonesia...Al kisahnya siapa Agym ni..jangan marah haa..


KH Abdullah Gymnastiar 
Kiai Sejuk di Tengah Kegerahan

TIAP hari, sejak awal Ramadhan, dai kondang K.H. Abdullah Gymnastiar muncul di hampir seluruh saluran TV di Indonesia. Kolom-kolomnya juga muncul menghiasi sejumlah media cetak. Meski begitu, lelaki kelahiran Bandung ini ogah disebut kiai atau ustad. Ia merasa srek dipanggil Aa Gym saja.

Jika dicermati, ada yang khas dari ceramahnya: topiknya ringan, pilihan katanya sederhana, dan dakwahnya disampaikan dengan cara yang lembut. Karena itu, ia disukai kalangan tua-muda. Bahkan kalangan non-Muslim pun tertarik menyimaknya. Menyusul tulisan The New York Times tentang dia , majalah Time bahkan sampai menulis empat halaman profil kiai modern ini.

Aa Gym memang menjadi fenomena tersendiri. Bahkan, kyai muda yang kondang dengan Manajemen Qolbu ini sejatinya tidak punya latar pendidikan pesantren yang ketat atau tradisionil. Ia bahkan pernah mengakui, sebelumnya tidak pernah terbersit sedikitpun dalam pikirannya untuk menjadi seorang kyai.

Bagaimana ceritanya seseorang yang tak mendapat pendidikan agama secara khusus tiba-tiba menjadi dai? Memang ada satu peristiwa yang menggugahnya. Satu hari, Aa Gym yang mempunyai aktivitas segudang, tersentak oleh keadaan adiknya, Agung Gunmartin yang mengalami cacat fisik. Agung menderita lumpuh, nyaris tuli telinganya dan bermata juling. Tapi A Agung, begitu panggilan adik ketiga Aa Gym ini, tetap kuliah dan beribadah dengan tekun. Wajah adiknya selalu dihiasi senyum. Tak pernah mengeluh. Aa Gym yang membantu adiknya pergi ke kampus dan ke mesjid.

Sampai suatu ketika, A Agung memberi nasihat yang sangat berarti bagi Aa Gym. Karena sikap tulus ikhlas A Agung ini, Aa Gym lalu mengangkat adiknya sebagai guru. Di lain waktu, seluruh anggota keluarga Aa Gym bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Mimpi itu lalu ditanyakan kepada ahli agama yang lebih paham. Dan semenjak pengalaman spiritualnya bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, Aa mulai giat mendekatkan diri pada Allah SWT.
Menyusul serangkaian guncangan spiritual yang dialaminya, suatu saat ia bertemu seorang ulama sepuh di sebuah dusun di Garut bernama Ajengan Junaedi pada tahun 1980-an. Menurut Ajengan, ia mendapat karunia Allah berupa tanazzul. Katanya, manusia bisa mengenal Allah melalui dua jalan, yakni taraqi dan tanazzul.

Taraqi artinya proses pengenalan Allah melalui belajar dan riyadhah, sedangkan tanazzul tanpa melalui proses riyadlah langsung dibukakan hati untuk "mengenal-Nya". Selama tiga hari ia mendapat bimbingan dari Ajengan Junaedi, yang lalu menyarankan agar Gym menemui Allahyarham K.H. Choer Affandi, seorang ulama kharismatik di kawasan Tasikmalaya. Singkatnya, Kiai Choer mengatakan bahwa Aa Gym telah dikarunia ma'rifatullah, suatu ilmu yang tidak bisa diturunkan kepada sembarang orang.

Karena belum terpuaskan dahaganya, ia masih menemui dua ulama yang menurutnya faqih dan zuhud. Rupanya pendapat kedua ulama ini pun tak jauh berbeda. Kedua ulama itu adalah kakek dan ayah dari Ninih Muthmainah, yang lantas menjadi istrinya.

Pernah ia berhasrat untuk nyantri dan disampaikan kepada keempat ulama tersebut, namun jawabannya, "tidak diperlukan." Kata mereka, Allah telah berkenan mengaruniainya ilmu Laduni (ilmu yang diberikan Allah kepada hamba yang beriman, tanpa melalui proses belajar).
Gym sendiri merasakan suatu keajaiban yang sulit dicari penjelasannya. Setiap hari ia bisa mengajar banyak orang, dengan memahami begitu saja apa yang diceramahkannya. Saat seusainya ia periksa dengan kitab-kitab tafsir, ternyata sama persis. Berbekal ilmu laduni itu, ia mulai menyebarkan ajaran Islam melalui pengajian dan ceramah--baik secara langsung maupun menggunakan media cetak dan elektronik.

Dakwahnya tidak hanya disiarkan di televisi, juga disiarkan di berbagai radio seperti di Jakarta, Bandung, Semarang dan Medan. Bahkan, banyak isi ceramahnya yang sudah dibukukan, dibuat VCD (video compact disc), atau direkam di pita kaset. Kini, hampir setiap hari, menjelang magrib, dia tampil di sejumlah televisi swasta di Indonesia.

Sukses Aa Gym tak terlepas dari konsep barunya tentang syiar Islam. Dia menyiarkan Islam dengan format yang sangat sederhana, lugas dan renyah. Dai muda yang memulai karirnya pada 1990 itu kini menjadi pendakwah yang dikagumi hampir semua lapisan masyarakat. Mulai remaja, ibu rumah tangga, hingga para eksekutif perusahaan. Bahkan, BUMN seperti PT Telkom, Bank BNI, PT DI (Dirgantara Indonesia), dan PT KAI sering mengundang dia agar memberikan ceramah rohani.

Langkah awal dakwahnya dimulai dengan membangun Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (DT). Motto hidupnya; dengan Dzikir, Fikir, Ikhtiar; Daarut Tauhiid berusaha membentuk insan yang ramah, santun berwibawa, rajin, terampil cekatan dan tidak menyia-nyiakan waktu, karena hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, yang bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat kelak.

Ide pembentukan DT terilhami oleh keberhasilan gerakan Al-Arqom dari Malaysia yang sukses mengembangkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara Islami. Tapi, perbedaannya, DT tidak bersifat eksklusif seperti Al-Arqom. DT terbuka untuk semua orang. DT, yang berarti perkampungan atau rumah bagi orang-orang yang bertekad mengabdi hanya kepada Allah SWT, dirintis dari usaha wiraswasta Agym bersama teman-temannya melalui lembaga Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta (KMIW) pada 1987.

Saat itu, KMIW bergerak pada beberapa usaha kecil seperti pembuatan sticker, t-shirt, gantungan kunci, dan stationary yang dilengkapi slogan-slogan religius. Sebagian hasil usahanya digunakan untuk menopang dakwah, yaitu dalam bentuk pengajian rutin untuk remaja dan umum di bawah bimbingan Agym.

Seiring dengan perkembangan usaha dan peningkatan jemaah pengajian, maka pada 1990 KMIW mendirikan DT di rumah orang tua Agym. Beberapa waktu kemudian, DT pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong Girang 38. Di lokasi baru yang berupa rumah pondokan dengan 20 kamar itu, Agym menyewa dua kamar. Di sini gerakan dakwah lelaki penggemar warna putih itu mendapat tantangan berat. Sebab, lokasi itu dikenal sebagai markas "biang kerok" keresahan masyarakat. Dan, dengan keteguhan jiwa, akhirnya lelaki yang pintar beradaptasi dengan lingkungan itu berhasil mengontrak seluruh kamar yang ada. Bahkan, Agym berhasil membeli rumah kontrakan tersebut langsung dari pemiliknya dengan harga Rp 100 juta.

Dia berhasil mengelola Yayasan Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang No 38, Bandung. Pesantren yang dibangun di atas lahan seluas tiga hektare itu tergolong modern dan multifungsi. Ada bangunan masjid 1.000 meter persegi, ada cottage 24 kamar berkapasitas 80 orang (khusus bagi orang tua dan santri dari luar kota yang ikut pelatihan atau pesantren). Ada pula gedung serbaguna, kafetaria, serta swalayan mini yang megah dan elite. Ribuan santri belajar di sana. Bidang usahanya antara lain, swalayan, warung telekomunikasi, penerbitan buku, tabloid, stasiun radio, pembuatan kaset, dan VCD. Omzetnya miliaran rupiah.
Usaha Agym berjalan lancar. Pada 1994, lelaki yang antirokok itu berhasil mendirikan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) DT untuk menopang dakwahnya. Dan, pada 1995, seorang jemaah membelikan sebidang tanah berikut bangunannya di Jalan Gegerkalong Girang 30 D, sekitar 50 meter dari masjid. Bangunan itu lalu digunakan sebagai kantor yayasan, kediaman pemimpin pondok, Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKA)/Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), ruang pertemuan, ruang produksi konveksi, gudang, dan kamar para santri.

Menjelang akhir tahun 1997, sarana dakwah dan perekonomian lelaki yang kurang suka pada pakaian batik itu bertambah lengkap setelah berdiri Gedung Kopontren empat lantai di seberang masjid. Gedung yang cukup representatif itu digunakan untuk kantor Baitul Mal wat-Tamwil (BMT), penerbitan dan percetakan, swalayan dan mini market, warung telekomunikasi, pusat informasi, serta lain-lain.

Pada 1999, DT berhasil memiliki Radio Ummat yang mengudara sejak 9 Desember 1999, mendirikan CV House and Building (HNB), PT MQs (Mutiata Qolbun Salim), PT Tabloid MQ, Asrama Daarul Muthmainnah 2000, Radio Bening Hati, dan membangun Gedung Serba Guna. Sampai 1999, aset DT--yang semula tidak seberapa--telah bernilai Rp 6 miliar.
Usaha ekonomi yang berjalan sukses tersebut ternyata sangat membantu Agym dalam menjalankan misi DT sebagai fasilitator pengembangan seluruh aktivitas sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan yang bernuansa Islam. Dan, kesuksesan usaha ekonomi DT itu tercapai karena pengelolaannya menggunakan sistem keuangan yang transparan, profesional, dan inovatif, ditambah kejujuran para santri. Sifat jujur para santri itu tak terlepas dari peran sentral Agym dalam menggembleng mereka.

Dalam mendidik atau menyampaikan sebuah materi ajaran agama, Agym senantiasa menekankan pentingnya pembenahan hati, atau yang sering disebut metode Manajemen Kalbu. Manajemen Kalbu adalah upaya untuk mengatur dan memelihara kebeningan hati dengan cara mengenal Allah. Salah satu caranya dengan berzikir. Selanjutnya, hati yang damai itu diisi dengan nilai-nilai rohani Islam seperti sabar, rida, tawakal, ikhlas, jujur, dan disertai dengan ikhtiar.

Akhir November ini, ulama kondang ini, akan tampil di acara Sixty Minutes di TV NBC, AS. Media televisi di AS itu tertarik menampilkan Aa Gym karena ia dinilai menghadirkan sebuah nuansa Islam yang sejuk dan damai di Indonesia. Nuansa islami yang dinilai sangat berbeda dengan isu dan pandangan AS tentang Islam selama ini. (Hilman H-Tempo News Room)



No comments:

Post a Comment