Wednesday 5 November 2014

6. KAUM NABI MUSA DAN NABI HARUN - (FIRAUN)

Assalamualaikum wbkt..

http://www2.islamgrid.gov.my/nabi-dan-rasul

Nabi Musa as. diutus untuk berdakwah di negeri Mesir, dan mengajak Bani Israil menyembah Allah SWT. Musa dan Harun adalah keturunan ke-4 dari Nabi Ya'qub as. yang tinggal di Mesir sejak Nabi Yusuf as. berkuasa disana.

Mesir saat itu dikuasai oleh Fir'aun. Penduduknya terdiri dari 2 bangsa, yaitu penduduk asli Mesir yang disebut sebagai orang Qubti, dan orang Israil, yaitu keturunan Nabi Ya'qub as.

Kebanyakan orang Qubti menduduki jabatan-jabatan tinggi, sedang orang Israil hanya berkedudukan rendah, seperti buruh, pelayan dan pesuruh.

Firaun memerintah dengan tangan besi. Ia ditaktor bengis yang tidak berperi kemanusiaan. Mabuk dan rakus kekuasaan, sampai-sampai ia berani menyebut dirinya sebagai Tuhan.

Kekejaman Fir'aun membunuh bayi laki-laki

Suatu ketika, Fir'aun bermimpi, yang oleh dukun peramalnya mimpi itu diertikan dengan akan lahirnya seorang bayi laki-laki dari Bani Israil yang akan merampas kekuasaan raja. Fir'aun mengerah seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.

Ibu Musa, Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lewi bin Ya'qub as, merasa sangat gelisah kereana begitu ketatnya penyelidikan para petugas. Suatu ketika ibu Musa mendapat petunjuk melalui mimpinya agar anaknya yang berusia 3 bulan dimasukkan ke dalam kotak lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Allah SWT menjamin bahawa bayinya pasti akan selamat, bahkan Yukabad kelak tetap akan dapat merawatnya.

Isyarat itu dilaksanakan dengan penuh ketabahan dan tawakal. Kakak Musa diperintahkan untuk mengikuti kemana peti itu hanyut dan di tangan siapakah Musa nanti ditemukan. Kotak yang berisi bayi itu tiba-tiba tersangkut di pohon dan berhenti di belakang rumah Fir'aun. Puteri Fir'aun menemukan peti tsb, dan ia adalah seorang yang berpenyakit sopak. Ketika menyentuh Musa, mendadak penyakitnya sembuh. Dengan perasaan gembira dia membawa peti itu kepada Asiah, isteri Fir'aun, dan memberitahu apa yang telah terjadi. Asiah mengambil bayi itu dan berniat untuk memeliharanya.

Asiah adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Namun lantaran takut oleh kekejaman Fir'aun, ia menyembunyikan keimanannya. Ketika itu Fir'aun mendengar adanya wanita cantik bernama Asiah, dan ia pun menikahinya. Namun tatkala ia hendak menggauli isterinya itu, seluruh badannya tiba-tiba menjadi kaku sehingga ia pun tidak bisa mendekatinya, hanya bisa memandangnya.

Fir'aun merasa curiga terhadap bayi yang ditemukan isterinya, tetapi Asiah tetap bertegas untuk memeliharanya kerana dia sudah lama mendambakan anak. Bayi itu oleh Asiah diberi nama Musa, yang artinya air dan pohon (mu = air, sa = pohon).

Di antara sejumlah inang pengasuh pilihan Asiah, bayi Musa hanya mau menyusu pada Yukabad, sehingga Asiah akhirnya menerima Yukabad sebagai inang pengasuh Musa. Dengan demikian janji Allah SWT bahwa Yukabad tetap akan mendapatkan kembali bayinya terpenuhi.

Kisah ini dapat ditemui dalam surat Al-Qasas: 4-13.


Nabi Musa as. meninggalkan Mesir

Setelah selesai masa penyusuan bersama ibunya, Nabi Musa as. dikembalikan lagi ke istana Fir'aun. Dia dipelihara sebagaimana anak-anak raja yang lain. Berpakaian seperti Fir'aun, mengendarai kendaraan Fir'aun, sehingga dia dikenali sebagai Pangeran Musa bin Fir'aun.

Walaupun dididik dalam tradisi istana, sejak kecil Nabi Musa as. memahami bahwa ia bukan anak Fir'aun melainkan keturunan Bani Israil yang tertindas. Kerana prihatin terhadap nasib rakyat yang dianiaya oleh keluarga raja dan para pembesar kerajaan, Nabi Musa as. bertekad untuk membela kaumnya yang lemah.

Suatu saat tindakan Nabi Musa as. membela seorang anggota kaumnya yang berkelahi melawan seorang dari golongan Fir'aun menyebabkan yang terakhir ini tewas. Seorang saksi yang melihat kejadian itu lalu melaporkan pada Fir'aun. Mengetahui bahawa Nabi Musa as. membela orang Israil, Fir'aun segera memerintahkan orang untuk menangkap Nabi Musa as. Akhirnya Nabi Musa as. melarikan diri dan memutuskan untuk meninggalkan Mesir. Dia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Saat itu ia berusia 18 tahun.

Kisah ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 14-21.

Nabi Musa as. pergi ke Madyan, kota tempat tinggal Nabi Syu'aib AS. Dari Mesir ke Madyan harus ditempuh berjalan kaki selama 8 hari. Kerana kelelahan dan merasa lapar, Nabi Musa as. beristirahat di bawah pepohonan. Tak jauh dari tempatnya beristirahat, ia melihat dua orang gadis berusaha berebut untuk mendapatkan air di sumur guna memberi minum ternakan yang mereka gembalakan. Kedua gadis itu berebutan dengan sekelompok pria-pria kasar yang tampak tidak mau mengalah.

Melihat itu, Nabi Musa as. segera bergerak menolong kedua gadis tsb. Laki-laki kasar tadi mencuba melawan Nabi Musa as., tapi Nabi Musa as. dapat mengalahkan mereka.

Nabi Musa as. menikah

Kedua gadis ini tak lain adalah puteri-puteri Nabi Syu'aib as. Mereka lalu melaporkan kejadian yang telah dialami bersama Nabi Musa as. kepada ayah mereka. Nabi Syu'aib lalu menyuruh kedua puterinya untuk mengundang Musa datang ke rumah mereka.

Musa memenuhi undangan itu. Keluarga Nabi Syu'aib as. sangat senang melihat Nabi Musa as. Sikapnya sopan dan tampak sekali ia seorang pemuda bermartabat dari kalangan bangsawan. Lalu Nabi Musa as. menceritakan peristiwa pembunuhan yang telah dilakukannya, yang menyebabkan ia terusir dari Mesir. Nabi Syu'aib as. menyarankan agar dia tetap tinggal di rumahnya agar terhindar dari kejaran orang-orang Fir'aun.

Nabi Syu'aib as. bermaksud menikahkan Nabi Musa as. dengan salah seorang puterinya. Sebagai syarat mas kawin, Nabi Musa as. diminta bekerja menggembalakan ternak-ternak milik Nabi Syu'aib as. selama 8 tahun. Nabi Musa as. menyanggupi syarat tsb, bahkan dia menggenapkan masa kerjanya menjadi 10 tahun. Ia menjalani pekerjaannya dengan sabar. Selama itu, nampaklah oleh keluarga Nabi Syu'aib as. bahawa Nabi Musa as. adalah pemuda yang kuat, perkasa, jujur dan dapat diandalkan. Tak salah jika Nabi Syu'aib as. mengambilnya sebagai menantu.

Musa sangat bahagia hidup bersama isterinya. Nabi Syu'aib as. juga lega kerana anaknya mendapat pelindung yang dapat dipercaya.

Kisah tentang hal ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 22-28.

Musa kembali ke Mesir

Sepuluh tahun setelah meninggalkan Mesir, Nabi Musa as. berniat kembali ke sana bersama isterinya. Nabi Musa as. sedar, tidak mustahil bahawa orang-orang Mesir masih akan mencarinya, oleh sebab itu dia dan isterinya tidak berani melalui jalan biasa melainkan memilih jalan memutar.

Sampai suatu malam, mereka tersesat tak tahu arah mana yang harus ditempuh untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Saat itulah Nabi Musa as. melihat ada cahaya api terang benderang di atas sebuah bukit. Nabi Musa as. berkata kepada isterinya, "Tunggu disini, aku akan mengambil api itu untuk menerangi jalan kita."

Tatkala Nabi Musa as. menghampiri api tsb, tiba-tiba terdengar suara menyeru, "Hai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku."

Inilah wahyu pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa as.. Dengan diterimanya wahyu ini, maka Nabi Musa as. telah diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Sebagai rasul, Allah SWT memberinya mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangannya yang dapat bersinar putih cemerlang setelah dikepitkan di ketiaknya.

Kisah ini dapat dilihat pada surat Tâhâ: 9-23.

Allah SWT memerintahkan Nabi Musa as. untuk berdakwah kepada Fir'aun. Nabi Musa as. masih merasa takut kerana dulu dia pernah membunuh orang Mesir, namun Allah menjanjikan perlindungan untuknya, maka tenteramlah hatinya. Untuk lebih memantapkan dakwahnya, Nabi Musa as. memohon kepada Allah agar ia ditemani oleh Harun, saudaranya, kerana Harun amat cekap dalam berbicara dan berdebat. Permintaan Nabi Musa as. dikabulkan. Nabi Harun as. yang masih berada di Mesir digerakkan hatinya oleh Allah sehingga ia berjalan menemui Nabi Musa as..

Hal tsb dinyatakan dalam surat Al-Qasas: 32-35 dan surat Tâhâ: 42-47.

Akhirnya bersama-sama Nabi Harun as., Nabi Musa as. menghadap Fir'aun. Dia mengadakan dialog dengan Fir'aun tentang Tuhan. Namun Fir'aun menanggapinya dengan sinis dan mengejek Musa tak tahu diri. Dulu dia diasuh dan dibesarkan di istana Mesir, tapi kini ia malah berbalik menentang Fir'aun. Nabi Musa as. menjawab bahawa semua itu terjadi disebabkan kerana ulah Fir'aun sendiri. Seandainya Fir'aun tidak memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin dia dihanyutkan di sungai Nil sampai akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh istri Fir'aun. Nabi Musa as. tidak merasa berhutang budi pada Fir'aun.

Nabi Musa as. mengatakan bahwa sesungguhnya Fir'aun bukanlah Tuhan. Ada Tuhan lain yang berhak disembah, Tuhan nenek moyang mereka, Tuhan seluruh alam semesta. Fir'aun sangat murka dan meminta Nabi Musa as. untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan.

Keberhasilan Musa melawan ahli-ahli sihir Fir'aun

Di depan masyarakat luas, Nabi Musa as dapat menunjukkan mukjizatnya menghadapi ahli-ahli sihir Fir'aun. Nabi Musa as. mempersilakan ahli-ahli sihir Fir'aun untuk mempertunjukkan kebolehan mereka lebih dulu. Mereka lalu melemparkan tali dan tongkat-tongkatnya. Tak lama kemudian tali-tali dan tongkat-tongkat itu berubah menjadi ular yang ribuan ekor banyaknya. Fir'aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Masyarakat yang hadir disana juga terkagum-kagum.

Dengan tenang Nabi Musa as. melemparkan tongkatnya, tongkat itu segera berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung melahap ular-ular para ahli sihir Fir'aun. Dalam waktu singkat, ular-ular itu habis ditelan oleh ular Nabi Musa as.

Para ahli sihir itu terbelalak heran. Apa yang diperlihatkan Nabi Musa as. bukanlah seperti sihir yang mereka pelajari dari syaitan. Sedar akan hal itu, para ahli sihir tsb berlutut kepada Nabi Musa as., dan menyatakan diri sebagai pengikut ajaran yang dibawanya. Mereka bertaubat dan hanya akan menyembah Allah saja.

Kisah ini dijelaskan dalam surat Asy-Syu'arâ': 18-51

Fir'aun sangat murka melihat pembelotan para ahli sihir yang telah bertaubat itu. Ia mengancam akan menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat kejam, namun para ahli sihir itu tetap memilih menjadi pengikut Nabi Musa as.. Akhirnya Fir'aun memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki mereka, serta menyalib mereka di batang pohon kurma. Mereka pun menerimanya dengan sabar dan tetap beriman kepada Allah. Jumlah mereka saat itu 70 orang.

Azab bagi Fir'aun dan pengikutnya

Kejengkelan Fir'aun memuncak setelah Nabi Musa as memperoleh pengikut yang lebih banyak. Fir'aun menjadi semakin kejam terhadap Bani Israil. Nabi Musa as senantiasa menyuruh kaumnya untuk bersabar menghadapi kesewenang-wenangan Fir'aun. Fir'aun pun tak henti-hentinya mengejek dan menghina Nabi Musa as..

Kerana semakin lama tindakan Fir'aun makin merajalela, Nabi Musa as berdoa kepada Allah SWT agar Fir'aun dan pengikutnya diberi azab. Allah SWT mengabulkan doa Nabi Musa as.. Kerajaan Fir'aun dilanda krisis kewangan. Selain itu wilayah Mesir dilanda kemarau panjang. Banyak panen yang gagal, tanaman dan pepohonan banyak yang mati, disusul badai taufan yang merobohkan rumah-rumah mereka. Jutaan belalang berdatangan menyerbu hewan dan perkebunan, juga kutu dan katak. Setelah kemarau, muncul banjir besar. Akibat banjir itu kemudian juga muncul wabah penyakit. Anak laki-laki bangsa Mesir mendadak mati, tak terkecuali anak-anak Fir'aun sendiri, termasuk putera mahkota.

Pengikut Fir'aun mendatangi Nabi Musa as untuk memohon agar azab itu dicabut dari mereka dengan janji mereka akan beriman. Namun ketika Allah SWT mengabulkan permintaan itu, mereka ingkar terhadap janjinya.

Riwayat ini terdapat dalam surat Al-Mu'minûn: 26, Az-Zukhruf: 51-54, Yûnus: 88-89, dan Al-A'râf: 130-135.

Peristiwa Laut Merah terbelah

Bani Israil yang makin menderita karena ulah Fir'aun dan pengikutnya meminta Nabi Musa as untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Setelah mendapat wahyu dari Allah agar mengajak kaumnya pergi meninggalkan Mesir, Nabi Musa as. lalu membawa kaumnya ke Baitulmakdis. Mereka pergi secara diam-diam di malam hari. Ketika sampai di tepi Laut Merah, mereka baru menyedari bahawa tentara Fir'aun mengejar mereka. Para pengikut Nabi Musa as. sangat panik kerana tidak bisa lari kemana pun. Saat itulah turun wahyu agar Nabi Musa as. memukulkan tongkatnya ke laut. Laut pun membelah hingga terbentang jalan bagi Musa dan pengikutnya untuk menyeberang. Fir'aun dan tenteranya mengejar rombongan itu, namun ketika Nabi Musa as. dan pengikutnya telah sampai di tepi sementara Fir'aun dan tentaranya masih di tengah laut, atas perintah Allah laut pun kembali menutup hingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam.

Di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, Fir'aun sempat bertaubat dan menyatakan diri beriman kepada Allah. Namun taubat menjelang ajal yang dilakukan oleh Fir'aun itu sudah terlambat dan tidak lagi diterima oleh Allah, sehingga matilah ia dalam keadaan tetap kafir.

Kisah tentang ini terdapat dalam surat Tâhâ: 77-79, Asy-Syu'arâ: 60-68, dan Yûnus: 90-92.

Ternyata, mayat Fir'aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Yûnus: 92, sebagai tanda bagi umat yang kemudian. Ini telah terbukti dengan diketemukannya mummi Fir'aun (Pharaoh) di Mesir pada abad ke-20 M.

Kurnia untuk Bani Israil

Dalam perjalanan ke Mesir, Bani Israil sangat manja. Saat mereka haus, Nabi Musa as. memukulkan tongkatnya ke batu. Dari batu tsb, memancarlah 12 mata air, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing suku memiliki mata air sendiri.

Di Gurun Sinai yang panas terik, tak ada rumah untuk dihuni, tak ada pohon untuk berteduh, maka Allah menaungi mereka dengan awan.

Ketika bekal makanan dan minuman mereka habis, mereka pun meminta Nabi Musa as. memohon pada Allah SWT agar diberikan makanan dan minuman, maka Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa. Manna adalah makanan yang turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan daun pohon. Rasanya manis seperti madu. Sedang Salwa adalah sejenis burung puyuh yang datang berbondong-bondong silih berganti sampai-sampai hampir menutupi bumi lantaran banyaknya.

Mendapat kurnia dan rezeki yang demikian melimpahnya dari Allah, Bani Israil bukannya bersyukur, malah mereka meminta makanan dari jenis yang lain lagi. Disinilah mulai terlihat betapa Bani Israil itu sangat kufur terhadap nikmat Allah.

Berbagai tuntutan dan permintaan dari Bani Israil ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 160 dan Al-Baqarah: 61.

Turunnya kitab Taurat

Setelah persoalan dengan Fir'aun selesai, Nabi Musa as memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Musa as untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum pergi, Nabi Musa as. meminta Nabi Harun as. menjadi wakilnya untuk mengurus kaumnya.

Setelah berpuasa selama 30 hari, Allah memerintahkannya berpuasa 10 hari lagi untuk menggenapkan ibadahnya menjadi 40 hari. Setelah itu Allah berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang Azali, sehingga Nabi Musa as. pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain.

Dalam kesempatan bermunajat di Bukit Thursina ini, timbul kerinduan Nabi Musa as. untuk bertemu Allah SWT. Ia pun meminta agar Allah SWT mengizinkan dirinya untuk melihat Zat-Nya. Allah SWT mengatakan bahwa ia telah meminta sesuatu yang diluar kesanggupannya. Allah SWT kemudian menyuruh Nabi Musa as. untuk melihat ke sebuah bukit. Allah akan menampakkan wujudnya kepada bukit itu. Jika bukit itu tetap tegak berdiri, maka Nabi Musa as. dapat melihat-Nya, namun jika bukit yang lebih besar darinya itu tak mampu bertahan, maka lebih-lebih lagi dirinya. Ketika Nabi Musa as. mengarahkan pandangan ke bukit tsb, seketika itu juga bukit itu hancur luluh. Melihat itu Nabi Musa as. merasa terkejut dan ngeri, dia pun jatuh pengsan.

Setelah sedar, ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun kepada Allah SWT atas kelancangannya. Selanjutnya, Allah SWT memberikan kitab Taurat sebagai kitab suci yang berupa kepingan-kepingan batu. Di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah SWT.

Kisah munajat Nabi Musa as di Bukit Thursina ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 142-145.

Patung anak sapi

Sepeninggalan Nabi Musa as, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.

Sebelum pergi ke bukit Thursina, Nabi Musa as. berkata kepada kaumnya bahawa dia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari 30 hari. Ketika Allah memerintahkannya untuk menambah ibadahnya 10 hari lagi sehingga bertambah lama kepergiannya, maka mereka menganggapnya telah melupakannya. Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahawa keterlambatan Nabi Musa as. ini disebabkan kerana mereka telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Nabi Musa as. mahu kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tsb ke dalam api.

Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita-wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.

Nabi Harun as tidak berdaya menghadapi kaumnya yang kembali murtad itu. Ketika Nabi Musa as kembali, ia sangat marah dan bersedih hati melihat perilaku kaumnya. Mula-mula ia pun marah kepada Nabi Harun as. yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah mendengar penjelasan dari Nabi Harun as, dia pun tenang kembali. Dia mengusir Samiri dan menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman, Samiri diberi kutukan oleh Allah, jika dia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya dia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.

Setelah Samiri pergi, Nabi Musa as. membakar patung anak sapi sembahan Bani Israil dan membuang abunya ke laut. Allah SWT kemudian memerintahkan Musa as agar membawa sekelompok kaumnya untuk memohon ampun atas dosa mereka menyembah patung anak sapi. Nabi Musa as. mengajak 70 orang terpilih dari Bani Israil ke Bukit Thursina. Setelah mereka berpuasa menyucikan diri, muncullah awan tebal di bukit itu. Nabi Musa as dan rombongannya memasuki awan gelap itu dan bersujud. Ketika bersujud, 70 orang itu mendengar percakapan antara Nabi Musa as dengan Allah SWT. Timbul keinginan mereka untuk melihat Zat Allah. Bahkan mereka menyatakan tidak akan beriman sebelum melihat-Nya. Seketika itu pula tubuh mereka tersambar halilintar hingga mereka pun tewas.

Nabi Musa as memohon agar kaumnya diampuni dan dihidupkan kembali. Maka Allah SWT pun membangkitkan kembali 70 orang pengikut Nabi Musa as. itu. Nabi Musa as. lalu menyuruh mereka bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab Taurat sebagai pedoman hidup, dan beriman kepada Allah SWT.

Cerita ini terdapat dalam Al Qur'an surat Al-A'râf: 149-155 dan Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.

Sapi Betina (Al Baqarah)

Suatu hari terjadi peristiwa pembunuhan di antara kaum Nabi Musa as. Untuk mengetahui siapa pembunuh orang tsb, atas petunjuk Allah SWT, Nabi Musa as.memerintahkan kaumnya untuk mencari seekor sapi betina. Dengan lidah sapi itu nantinya mayat yang terbunuh akan dipukul dan akan hidup lagi atas kehendak dan izin dari Allah SWT.

Kaum Bani Israil sebenarnya enggan melaksanakan perintah ini, kerananya mereka sangat cerewet dan banyak bertanya dengan harapan supaya Allah SWT akhirnya membatalkannya, sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah: 67-71.


Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina. Mereka berkata: Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan? Musa menjawab: Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil. (QS. 2:67)


Mereka menjawab: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu? Musa menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. (QS. 2:68)


Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya. Musa menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. (QS. 2:69)


Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu). (QS. 2:70)


Musa berkata: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Mereka berkata: Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (QS. 2:71)

Nama surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina diambil karena dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina.

Dapat dilihat pada ayat-ayat tsb bahwa sikap Bani Israil yang cerewet jesteru telah menyulitkan mereka sendiri. Seandainya ketika diperintahkan pertama kali mereka langsung melaksanakannya, tentulah mereka tidak akan susah, tetapi mereka malah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang rumit sehingga hampir saja mereka tidak dapat menemukan sapi sesuai ciri-ciri yang diterangkan oleh Nabi Musa as..

Begitu sapi sudah diperoleh, mereka lalu menyembelihnya dan lidah sapi itu dipukulkan ke tubuh mayat orang yang terbunuh. Seketika itu ia menjadi hidup kembali dan menceritakan bahwa ia telah dibunuh oleh sepupunya sendiri.
Allah mengharamkan tanah Palestina bagi Bani Israil

Allah SWT memerintahkan Nabi Musa as membawa kaumnya ke Palestina, tempat suci yang telah dijanjikan bagi Nabi Ibrahim as sebagai tempat tinggal anak cucunya. Bani Israil yang telah mendapat berbagai kurnia dari Allah SWT adalah kaum yang keras kepala dan tidak bersyukur.

Sebelum mengajak kaumnya berhijrah, Nabi Musa as. mengutus perintis jalan untuk menyelidiki tentang penduduk penghuni Palestina. Ketika kembali, para perintis jalan itu mengabarkan bahwa tanah suci tsb dihuni oleh suku Kana'an yang kuat-kuat, dan kota-kotanya memiliki benteng yang kokoh. Mengetahui hal itu, merasa gentarlah Bani Israil dan tidak mau mematuhi perintah Nabi Musa as. untuk menyerang. Mereka hanya mahu kesana jika suku itu telah disingkirkan terlebih dahulu.

Nabi Musa as sangat marah terhadap sikap kaumnya itu, kerana sikap tsb mencerminkan bahawa mereka belum benar-benar beriman kepada Allah SWT, padahal Allah SWT telah berjanji bahawa dengan pertolongan-Nya mereka akan mampu mengalahkan suku Kana'an. Di antara Bani Israil itu, ada 2 orang bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka bisa menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada Nabi Musa as. kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, "Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini."

Habislah kesabaran Nabi Musa as. Dia lalu memanjatkan doa agar Allah SWT memberikan putusan-Nya atas sikap kaumnya. Sebagai hukuman bagi Bani Israil yang menolak perintah Allah SWT, Allah SWT mengharamkan wilayah Palestina selama 40 tahun bagi mereka. Mereka akan tersesat, padahal tanah yang dijanjikan sudah ada di depan mata. Selama itu mereka akan berkeliaran di muka bumi tanpa memiliki tempat bermukim yang tetap.

Hal ini dikisahkan dalam surat Al-Maidah: 20-26.

Pertemuan Musa dengan orang saleh

Pada suatu kesempatan berkhutbah di hadapan kaumnya, Nabi Musa as mengatakan bahawa dirinyalah yang paling pandai dan berpengetahuan. Allah SWT menegur sikapnya ini dan berfirman, "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba di tepi laut yang lebih pandai darimu."

Berkatalah Musa, "Wahai Tuhanku, apa yang harus kuperbuat untuk bertemu dengannya?"

Allah berfirman, "Ambillah seekor ikan kecil dan letakkan di dalam keranjang. Dimanapun engkau kehilangan ikan itu, maka disitulah dia berada."

Nabi Musa as. melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya. Dia mengambil seekor ikan kecil, kemudian dia pergi dengan ditemani seorang sahayanya. Saat mereka tiba di pertemuan antara dua buah laut, mereka duduk sejenak untuk beristirahat. Tertidurlah mereka, sementara saat itu turun hujan sehingga ikan yang mereka bawa dapat melompat dan meluncur ke laut.

Sahaya Nabi Musa as. mengetahui hal ini, namun ia lupa memberitahukannya kepada Nabi Musa as.. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Ketika mereka merasa lapar dan hendak makan, saat itulah sahaya tersebut teringat akan ikan yang hilang itu, maka ia pun memberitahu Nabi Musa as.. Mendengar itu Nabi Musa as. sangat gembira. "Inilah yang kita cari. Mari kita kembali untuk mengikuti jejak dimana ikan itu hilang."

Belum sampai di tempat yang dituju, Nabi Musa as. telah bertemu dengan orang yang dimaksud. Hamba Allah SWT yang saleh itu dikenal dengan nama Nabi Khidir as. 

Nabi Musa as yang ingin belajar dari hamba-Nya yang saleh itu meminta agar diizinkan mengikuti Nabi Khidir as. Nabi Khidir as. menjawab bahawa dia tidak akan dapat sabar atas keikutsertaannya, kerana dia akan melihat tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syariatnya. Namun Nabi Musa as. berkata bahawa dia akan bersabar dan tidak akan menentang urusan Nabi Khidir as. Akhirnya Nabi Khidir as.mengizinkan Nabi Musa as. untuk mengikutinya, namun dengan syarat bahawa Nabi Musa as. tidak boleh mempersoalkan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya, kerana pada akhirnya dia akan menceritakan rahsia di balik tindakan-tindakannya itu.

Pergilah Nabi Musa as. bersama Nabi Khidir as. menyusuri tepi laut. Tiba-tiba lewat di depan mereka sebuah kapal, maka keduanya meminta kepada penumpang-penumpangnya untuk mengangkut mereka. Mereka diizinkan menumpang, lalu keduanya pun naik ke kapal itu. Saat para penumpang lengah, Nabi Khidir as. melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu sedemikian rupa sehingga kerosakannya akan mudah untuk diperbaiki. Nabi Musa as. yang melihat kejadian ini merasa ngeri dan tanpa sedar dia lupa dengan perjanjiannya untuk tidak mengajukan pertanyaan apa pun, maka ia pun berkata, "Apakah engkau merosak kapal orang-orang yang telah menghormati kita? Engkau telah melakukan sesuatu yang tercela."

Nabi Khidir as. mengingatkan kepada Nabi Musa as. akan perjanjian mereka, maka sedarlah Nabi Musa as., dia meminta supaya jangan dihukum atas kelupaannya ini. Keduanya lalu meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain bersama kawan-kawannya. Nabi Khidir as. lalu memujuk anak itu ikut dengannya dan membawanya ke tempat yang agak jauh dari teman-temannya, lalu dia membunuhnya. Panas hati Nabi Musa as. melihat perbuatan yang keji ini sehingga dengan marah ia berkata, "Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih tanpa dosa? Engkau telah berbuat sesuatu yang mungkar."

Nabi Khidir as. kembali mengingatkan Nabi Musa as. akan syarat yang berlaku antara keduanya. Nabi Musa as. menyesal atas ketidaksabarannya. Dia pun berkata, "Jika setelah ini aku bertanya lagi kepadamu, maka janganlah menemani aku, kerana sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah denganmu."

Kemudian keduanya pun meneruskan perjalanan kembali. Saat merasa haus dan lapar, masuklah mereka ke sebuah desa. Mereka meminta kepada penghuninya supaya bersedia memberi mereka makan dan menjadikan mereka sebagai tamu, namun permintaan mereka ini ditolak dengan kasar oleh penghuni desa tsb.

Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati sebuah dinding yang hampir roboh. Nabi Khidir as. lalu memperbaiki dinding yang roboh itu dan mendirikan bangunannya. Melihat ini, Nabi Musa as. tidak tahan lalu bertanya, "Apakah engkau mahu membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan memperbaiki dinding rumah mereka? Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa meminta upah atas pekerjaanmu untuk membeli makanan."

Dengan timbulnya pertanyaan Nabi Musa as. ini, maka berpisahlah dia dengan Nabi Khidir as. Namun sebelum berpisah, Nabi Khidir as. menjelaskan rahsia-rahsia perbuatannya. Dia berkata, "Mengenai kapal yang aku lubangi dindingnya, itu adalah kepunyaan beberapa orang miskin yang tidak punya harta selain itu, dan aku mengetahui bahawa ada seorang raja yang suka merampas setiap kapal yang baik dari pemiliknya. Sebab itu aku merosaknya sedikit supaya nantinya mudah diperbaiki lagi, dan bila raja melihatnya dia pun menduga kapal itu adalah kapal yang buruk sehingga ia akan membiarkannya pada pemiliknya dan selamatlah kapal itu pada mereka.

Mengenai anak kecil yang aku bunuh, dia adalah seorang anak yang menampakkan tanda-tanda kerosakan sejak kecil, sedang kedua orangtuanya adalah orang-orang yang beriman dan saleh. Aku khawatir rasa kasih sayang orangtua terhadap anaknya akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan mereka dan menjerumuskannya ke dalam kekafiran dan kesombongan, maka aku pun membunuhnya untuk menenangkan kedua orangtua yang beriman ini, dan anak yang jahat itu semoga akan diberi gantinya oleh Allah SWT dengan anak yang lebih baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orangtuanya.

Adapun dinding rumah yang kudirikan, itu adalah milik dua anak yatim di kota itu yang di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan mereka, dan ayah mereka adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu yang Maha Pemurah ingin menjaga harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan mengeluarkannya.

Semua yang kuperbuat itu bukanlah atas usahaku, melainkan itu adalah wahyu dari Allah SWT. Dan inilah penjelasan dari kejadian-kejadian yang mana engkau tidak bisa bersabar."

Kisah pertemuan Nabi Musa as dan Nabi Khidir as ini terdapat dalam surat Al-Kahfi: 60-82.

Kisah Qarun dan hartanya

Tersebutlah seorang pengikut Nabi Musa as yang sangat kaya, yang bernama Qarun. Meskipun sangat kaya, namun ia tidak mau menyedekahkan hartanya bagi fakir miskin. Nasihat-nasihat Nabi Musa as tidak dipedulikannya, bahkan ia mengejek dan memfitnah Nabi Musa as.

Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi contoh pada kaumnya, Nabi Musa as. memanjatkan doa agar Allah SWT menurunkan azabnya pada diri hartawan itu. Allah SWT lalu memberi azab dengan menguburkan semua harta kekayaan beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat.

Kisah Qarun dan hartanya ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 76-82.

Larangan hari sabath

Sesuai dengan syariat dalam Taurat, Nabi Musa as. menentukan hari Sabtu sebagai hari untuk berkumpul dan beribadah. Pada hari itu kaum Bani Israil dilarang untuk melakukan usaha apa pun, termasuk berniaga dan mencari ikan. Namun pada hari Sabtu tsb justru ikan-ikan sangat banyak terlihat di laut.

Sesungguhnya ini merupakan kehendak Allah SWT untuk menguji keimanan dan ketaatan Bani Israil. Ternyata mereka tidak tahan dengan ujian ini dan melanggar larangan hari Sabath, oleh sebab itu Allah kemudian mengutuk sebagian mereka menjadi kera.

Hal ini disebutkan dalam surat Al-Baqarah: 65 dan Al-A'râf: 166.

16. Harun as

Nabi Harus as diutus oleh Allah SWT untuk membantu tugas kerasulan Nabi Musa as. Dalam berbicara, ia lebih cakap daripada Nabi Musa as. Ketika Nabi Musa as pergi ke Bukit Sina untuk menerima wahyu, umatnya dititipkan kepada Nabi Harus as. Namun setelah Nabi Musa as kembali, ia mendapati mereka telah menyembah patung anak sapi. Melihat itu, Nabi Musa as. sangat marah dan bersedih hati. Dalam Al Qur'an diceritakan:


Dan tatkala Nabi Musa as. telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Rabbmu? Dan Nabi Musa as. melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka mau membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. (QS Al-A'râf: 150)

Akhirnya Nabi Musa as. pun sedar, dia lalu berdoa kepada Allah SWT seperti tersebut dalam Al Qur'an:


Nabi Musa as. berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS Al-A'râf: 151)

Nabi Harun as wafat sebelum Nabi Musa as. Ia dikuburkan oleh Nabi Musa as di Bukit Hur di Gurun Sinai.

No comments:

Post a Comment